Laman

MAKNA BEKERJA DALAM ISLAM

Dalam pandangan Islam, seorang yang bersusah-payah mencari rezeqi yang halal, yang hasilnya digunakan sepenuhnya di jalan Allah disamakan derajatnya dengan para mujahid yang berperang di jalan Allah. Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang berkarya dan terampil. Barangsiapa yang bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wa Jalla." (HR Ahmad) Kelelahan seorang muslim dalam mencari rezeki dinilai oleh Allah sebagai pahala. Bahkan bisa menjadi penebus dosa. Orang yang pulang ke rumah dalam keadaan kepayahan karena seharian bekerja akan diampuni oleh Allah swt. 
Dalam kaitan ini Rasulullah menegaskan dalam sebuah sabdanya: "Barangsiapa yang pada malam harinya merasa kelelahan karena bekerja pada siang harinya, maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah swt." (HR Ahmad) Kenapa orang yang bekerja itu mendapatkan pahala di sisi Allah swt? Jawabannya sederhana, karena bekerja dalam konsep Islam itu merupakan kewajiban atau fardhu. Dalam kaidah fiqih, orang yang menjalankan kewajiban akan mendapatkan pahala, sedangkan mereka yang meninggalkannya akan terkenai sanksi dosa. Tentang kewajiban bekerja ini Rasulullah bersabda, "Mencari rizqi yang halal itu wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti shalat, puasa dan sebagainya)." (HR ath-Thabrani dan Al-Baihaqi) Karena bekerja merupakan kewajiban ummat Islam, maka jangan heran jika Umar bin Khaththab pernah menghalau orang yang berada di masjid agar keluar untuk mencari nafkah. Umar tidak suka melihat orang yang pada siang hari tetap asyik duduk berdzikir di masjid, sementara sinar matahari sudah berpancar. 

Dzikir tidak hanya bisa dilakukan di masjid, tapi juga bisa dilakukan di pasar, di kantor, di jalan, dan di mana saja. Berlaku jujur kepada pembeli itu merupakan dzikir. Tidak mengurangi timbangan, termasuk tidak mengurangi kualitas itu juga dzikir. Banyak orang yang mengira bahwa mengurangi timbangan saja yang berdosa, sedangankan mengurangi kualitas tidak apa-apa. Padahal setiap pengurangan, baik secara kuantitas (jumlah satuan), maupun kualitas (mutu barang) sama-sama mengurangi kadar, ukuran, takaran, atau timbangan. Keduanya merupakan perbuatan kriminal dalam perdagangan. 

 Berdzikir dalam perjalanan adalah displin berlalu lintas. Tidak ngebut yang dapat mencelakakan diri maupun orang lain. Taat mengikuti rambu-rambu lalu lintas, dan tidak mentang-mentang di jalan raya. Berdzikir di kantor adalah melaksanakan semua pekerjaan dengan baik dan rapi, disiplin waktu, dan melaksanakan tugas sesuai dengan standar mutu. Termasuk dzikir di kantor adalah menundukkan pandangan ketika melihat atau berhadapan dengan karyawati, suatu aktivitas yang sulit dihindari pada saat ini.

Tidak ada komentar: